Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) memandang NU sebagai peradaban dunia yang telah menjelma. Menurutnya, NU bukan hanya sekadar organisasi, tetapi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Bahkan ketika seseorang yang terkait dengan NU meninggal dunia, tahlil tetap dibacakan untuknya.
Gus Yahya menegaskan bahwa keberadaan NU dapat dirasakan di berbagai belahan dunia, seperti di Lisabon, Portugal, di mana seorang anggota NU tetap mempertahankan komitmennya meskipun tinggal di sana selama dua dekade tanpa jamaah NU lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang NU memiliki ikatan yang kuat dengan organisasi mereka, bahkan dalam situasi konflik sekalipun.
Beliau juga menyampaikan keyakinannya bahwa NU adalah milik Allah, seperti yang terbukti dalam kesuksesan acara Satu Abad NU yang melampaui harapan. Gus Yahya menggarisbawahi pentingnya transformasi bagi NU agar tetap relevan di tengah dinamika zaman yang cepat berubah. PBNU telah merumuskan tiga strategi konsolidasi, yaitu dalam tata kelola organisasi, agenda organisasi, dan sumber daya.
Dalam upaya konsolidasi tata kelola, PBNU telah memanfaatkan platform digital untuk administrasi serta melibatkan Lakpesdam dalam perencanaan program berbasis data. Sementara itu, untuk konsolidasi sumber daya organisasi, PBNU fokus pada pengembangan SDM melalui Akademi Kepemimpinan NU (AKNU) dengan melibatkan narasumber internasional, pengelolaan anggaran melalui rapat pleno, dan inisiatif lainnya.
Dalam forum Konferwil XVIII PWNU Jatim, Ketua PW NU Jawa Timur K.H. Abdul Hakim Mahfudhz menekankan pentingnya kesetiaan dan ketaatan terhadap PBNU. Ia menjelaskan bahwa dalam struktur NU, hanya empat orang yang memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan, yaitu Rois Aam, Khatib Rais Aam, Ketua Umum PB NU, dan Sekretaris Jenderal. Seluruh elemen NU harus bergerak sejalan dan tidak boleh menyimpang dari arahan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia terus berupaya untuk memperkuat eksistensinya dan tetap relevan di tengah tantangan zaman. Transformasi dan konsolidasi menjadi kunci utama dalam menjaga keberlangsungan NU sebagai peradaban dunia yang memiliki nilai dan kontribusi yang besar bagi umat manusia.